001 001 sumber: cobadibaca.com http://www.cobadibaca.com/2013/01/cara-membuat-slide-header-di-blog.html#ixzz2QZsfWlne Under Creative Commons License: Attribution

Selasa, 01 Oktober 2013

Tajuk

K-pop Menjadi !

Dengan tak sadar atau tak menyadari, nilai-nilai budaya lokal kian luntur, bahkan menghilang dimasyarakat akibat digerusnya budaya asing yang masuk. Banjir warga negara Indonesia, terutama para muda-mudi menjadi penggemar setia budaya asing, salah satunya budaya K-pop. Hampir semua generasi muda diseluruh penjuru kota, bahkan desa mendominasi jumlah tertinggi akan kegemaran terhadap budaya K-pop, dibanding dengan budaya sendiri.
Fenomena ini, mungkin bisa dianggap wajar. Sebab, melalui teknologi informasi serta komunikasi, yang mengemas pesan-pesan budaya dengan sedemikian menarik, sehingga dengan mudah diserap para generasi muda saat ini. Namun, hal tersebut sangat disayangkan, mengapa? Karena budaya yang disampaikan bukanlah budaya kita, bukan budaya Indonesia, melainkan budaya asing yang tak mengandung banyak pesan moral ataupun pendidikan untuk generasi muda negeri ini. Pengaruh budaya asing (K-pop) ini sangat berpengaruh besar terhadap budaya di Indonesia. Budaya ini, dapat membuat perubahan yang signifikan mulai dari pola pikir, perilaku, serta pola hidup dimasyarakat.
K-pop merupakan kepanjangan dari “Korean Pop” (musik pop korea) adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. Secara khusus budaya populer Korea juga dikenal dengan “hallyu” yang merujuk pada potret budaya pop oleh media Korea seiring dengan nasionalisme komersial yang termasuk dalam budaya regional. Dengan kata lain, budaya hallyu merupakan gelombang produk budaya pop Korea yang mampu merajai pasar hiburan Korea dan negara di luar Korea.
Budaya K-pop dengan sangat cepat, menembus batas negara dan masuk bercampur dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Kebudayaan ini masuk melalui musik-musik pop Korea yang menawarkan jenis musik baru dan juga seni-seni yang lain . Musik korea ini, berani mengubah jenis musik dalam debut tanpa proses yang rumit. Musik-musik yang diciptakan cenderiung memberikan semangat pada siapapun yang mendengarnya.
Tidak semua budaya K-pop  memberikan rasa manis bagi bangsa Indonesia. Rasa pahit pun secara sadar kita rasakan salah satunya, membuat masyarakat semakin acuh tak acuh terhadap budaya Indonesia, masyarakat menjadi lebih menyukai budaya Korea ketimbang budaya Indonesia yang cenderung monoton.
Untuk seorang penggemar K-pop yang biasanya terlalu fanatik, sehingga melupakan kewajibannya, misalnya seorang pelajar yang rela bolos sekolah demi melihat artis Korea yang datang berkunjung ke Indonesia. Menjadikan para penggemar meniru gaya hidup budaya korea yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia. Tidak sedikit pula, budaya Korea yang tidak mengandung nilai ilmiah atau yang dapat menaikkan nilai akademik generasi muda bangsa Indonesia.
Kesadaran masyarakat akan budaya lokal, kini berada di titik paling rendah. Maka dari itu, para generasi muda secepatnya harus segera menyadari dan keluar dari kondisi dijajahnya budaya K-pop. Meskipun tidak sepenuhnya keluar dari budaya asing tersebut, sebainya para masyarakat lebih selektif , mewaspadai akan dampak buruknya dan mengantisipasi dalam menerima budaya asing baru yang masuk. Mengantisipasi budaya asing dengan cara, menumbuhkan rasa nasionalisme yang tangguh, menggamalkan dan menanamkan nilai-nilai pancasila, mengenali serta memelihara budaya lokal, dan leih mempromosikan kebudayaan Indonesia, agar masyarakat tertarik dan ikut melestarikan serta memelihara budaya tersebut.
Budaya bangsa adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Menyadari hal tersebut, ada baiknya kita sebagai generasi muda mulai berpikir apa saja yang telah kita lakukan untuk memajukan budaya bangsa Indonesia ini. Budaya juga merupakan salah satu jati diri bangsa, akan tetapi budaya dinamis yang dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman yang terjadi.Bila suatu budaya asing masuk ke Indonesia, seharusnya earga indonesia tidak hanya sekedar menerima dan menikmatinya, melainkan menyaring atau menyeleksinya terlebih dahulu .
Fenomena gandrung K-pop dapat menjadi titik tolak untuk generasi muda agar berfikir dan bersama-sama menyusun sebuah strategi kebudayaan untuk menangkal banjir pengaruh dari budaya asing.


Artikel


Daur Ulang Sampah
            Limbah sampah organik, merupakan suatu gelajala yang dapat menimbulkan karusakan lingkungan atau biasanya disebut sebagai Polutan(Pencemaran). Indah (2012) “Polutan adalah zat atau bahan yang dapat mengakibatakan pencemaran terhadap lingkungan, baik pencemaran udara, tanah, air dan sebagainya.” Polutan terjadi Karena banyak pencemaran limbah sampah yang tidak didaur ulang.
            Menurut pengertian, sampah adalah Ecolink dalam Dedy (1996). "Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis." Adapun jenis-jenis sampah adalah menurut komposisi/asalnya yaitu sampah organic dan sampah nonorganic, sedangkan menurut sifatnya yaitu sampah basah, sampah kering, sampah lembut, sampah besar dan sampah berbahaya/beracun.
                        Penyebab penumpukan sampah dikarenakan volume sampah sangat besar dan tidak diimbangi oleh daya tampung TPA sehingga melebihi kapasitasnya, lahan TPA semakin menyempit akibat tergusur untuk penggunaan lain, jarak TPA dan pusat sampah relatif jauh hingga waktu untuk mengangkut sampah kurang efektif,  fasilitas pengangkutan sampah terbatas dan tidak mampu mengangkut seluruh sampah. Sisa sampah di TPS berpotensi menjadi tumpukan sampah, teknologi pengolahan sampah tidak optimal sehingga lambat membusuk, sampah yang telah matang dan berubah menjadi kompos tidak segera di keluarkan dari tempat penampungan sehingga semakin menggunung, tidak semua lingkungan memiliki lokasi penampungan sampah(Masyarakat sering membuang sampah di sembarangan tempat sebagai jalan pintas), kurangnya sosialisasi dan dukungan pemerintah mengenai pengelolaan dan pengolahan sampah serta produknya, minimnya edukasi dan manajemen diri yang baik mengenai pengolahan sampah secara  tepat, manajemen sampah tidak efektif. hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman, terutama   bagi masyarakat sekitar.
                        Penumpukan sampah dapat menimbulkan beberapa dampak negatif seperti, gangguan kesehatan, menurunnya kualitas lingkungan, menurunnya estetika lingkungan, terhambatnya pembangunan Negara dan lain-lain.
Limbah atau sampah juga merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, namun kita tidak mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat jika diproses secara baik dan benar. Limbah atau sampah juga bisa berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh kebanyakan orang. Mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu lama maka akan menyebabkan penyakit. Padahal dengan pengolahan sampah secara benar maka bisa menjadikan sampah ini menjadi benda yang bernilai tinggi secara ekonomis, seni dan edukasi. Menurut Ecolink dalam Icha  (1996) “Pada dasarnya limbah merupakan bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil aktivitas manusia atau proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis”. Padahal limbah rumah tangga seperti gelas plastik kemasan, kardus bekas, biji-bijian, piring bekas, kertas bekas hajatan, Ranting kering, Benang limbah industri kerajinan tenun ikat, aneka plastik, kain perca tenun ikat, keton benang dan cangkang telor, bisa dijadikan sebagai suatu kesenian, kerajinan, atau mainan anak-anak yang dapat menghasilkan uang.
Daur ulang adalah penggunaan kembali material/barang yang sudah tidak terpakai untuk menjadi produk lain. Langkah-Langkah daur ulang,
            a. Pemisahan; pisahkan barang/material yang dapat didaur ulang dengan sampah yang harus dibuang ke penimbunan sampah. Pastikan barang/material tersebut kosong dan akan lebih baik jika dalam keadaan bersih.
            b. Penyimpanan; simpanlah barang/material kering yang sudah dipisahkan tadi dimasukkan ke dalam boks/kotak tertutup tergantung jenis barangnya, misalnya boks untuk kertas bekas, botol bekas, dll.
              c. Pengiriman/penjualan; barang/material yang terkumpul dijual ke pabrik, yang membutuhkan material tersebut sebagai bahan baku atau dijual ke pemulung. 
            Material daur ulang, kertas: semua kertas dapat di daur ulang, misalnya kertas, Koran, buku, telepon bekas, kardus dll. Gelas: botol kecap, botol sirup, gelas/piring pecah dapat di gunakan lagi untuk membuat botol/gelas/piring baru. Aluminium: kaleng bekas minuman ringan, sarden, corned, panic bekas, dapat di manfaatkan kembali sebagai kaleng pengemas. Baja: baja bekas konstruksi bangunan akan berguna sebagai bahan baku pembuatan baja.P lastik bekas seperti kantong plastic dipisahkan dengan plastik bekas botol aqua. Plastik sebaiknya digunakan semaksimal mungkin karena tidak dapat di uraikan oleh alam. Barang barang rumah tangga: material tidak terpakai seperti baju bekas, kursi rusak, mainan anak anak dll. Sebaiknya di berikan kepada orang yang dapat memperbaikinya dan membutuhkan. Hal ini dapat mengurangi timbunan sampah.
                        Penimbunan sampah dapat dicegah dengan cara mendaur ulang sampah itu kembali. Metode pencegahan termasuk penggunaan kembali barang bekas pakai, memperbaiki barang yang rusak, bagi produsen perlu mendesai produk supaya bisa diisi ulang atau bias digunakan kembali, mengajak konsumen untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai, mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang sama.

Sabtu, 25 Mei 2013

Artikel


Belajar atau Handphone?
Tak bisa dipungkiri, memang handphone memiliki beragam manfaat, tak hanya bagi orang kantoran dan orang dewasa saja, tetapi para pelajar juga turut serta untuk menggunakan handphone. Namun, seiring dengan perkembangan zaman handphone sering disalah gunakan oleh para pelajar, seperti digunakan untuk foto-foto, menjelajah internet yang tidak penting, sebagai sarana untuk pacaran dll.
Handphone juga berdampak negative pada prestasi siswa, padahal dalam prestasi siswa sangat dibutuhkan faktor-faktor yang dapat mendukung proses belajar siswa. Di samping karena kepintaran para siswa juga sangat dibutuhkan faktor-faktor untuk mendukung proses belajar siswa, baik faktor internal atau faktor dari dalam diri, maupun eksternal atau faktor dari luar dan pemenuhan-pemenuhan fasilitas.
Handphone, merupakan salah satu fasilitas yang sering diberikan orang tua kepada anaknya yang masih berstatus sebagai pelajar. Tujuan orangtua memberikan handphone bagi anak-anaknya, hanya untuk alat komunikasi agar orang tua dapat mengetahui kabar dan mengetahui keberadaan sang anak. Namun, handphone sering di salah gunakan oleh para pelajar.
Kebanyakan para pelajar menjadikan handphone sebagai barang primer atau kebutuhan utama dalam hidupnya, bahkan mereka beranggapan bahwa tanpa handphone dunia akan terasa sepi. Maraknya handphone pada para pelajar membuat kualitas intelektual menurun, sebab handphone bersifat merusak pada para pelajar. Hal-hal yang menyebabkan handphone merusak bagi para siswa adalah mengalihkan perhatian siswa saat proses, mereka lebih memperhatikan handphonenya daripada pelajaran, menurunkan konsentrasi, melupakan tugas dan kewajiban, dan menjadikan pelajar malas belajar.
Para pelajar sering kali menggunakan handphone tidak pada waktunya seperti waktu belajar sering digunakan untuk main handphone/ sms ,pada malam hari adalah waktu yang tepat untuk belajar namun seringkali di anggap waktu yang sangat tepat untuk “sms-an”. Menggunakan handphone saat kegiatan belajarmengajar di sekolah, sehingga tidak sedikit pelajaran yang tidak paham apa yang diajarkan guru karena mereka tidak fokus terhadap pelajaran. Digunakan untuk menonton video porno, tidak sedikit pelajar yang menonton video porno baik pada saatpelajaran maupun tidak dengan cara mengakses internet maipun mengirim via Bluetooth atau pun infrared.
Untuk mencegah hal tersebut terjadi, seharusnya para orang tua membatasi penggunaan handphone pada anak-anaknya yang masih berstatus sebagai pelajar demi prestasi anak tersebut.

Jumat, 24 Mei 2013

Artikel


BAHASA INDONESIA SEBAGAI BUDAYA

Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat yang kompleks dan aktif. Bahasa dikatakan kompleks karena di dalamnya tersimpan pemikiran-pemikiran kolektif dan semua hal yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Bahasa dikatakan aktif karena bahasa terus berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat. Koentjaraningrat dalam bukunya Sisiolinguistik (1985), “bahasa merupakan kebudayaan. Artinya, kedudukan bahasa berada pada posisi subordinat di bawah kebudayaan, tetapi sangat berkaitan.” Namun, beberapa pendapat lain mengatakan bahwa hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan yang bersifat koordinatif, sederajat dan kedudukannya sama tinggi.
Setiap wilayah pasti mempunyai budaya dan bahasanya sendiri, berbeda dengan wilayah lain. Bahasa merupakan jatidri suatu budaya mustahil jika dipisahkan dari budaya. Bahasa menjadi simbol budaya. Oleh karena itu, seseorang dan sebuah masyarakat dalam suatu bangsa, akan menunjukkan hakikat budayanya. Begitu juga sebaliknya, budaya suatu bangsa akan merefleksi dalam perilaku lahiriyah manusia dan masyarakatnya. Maka bahasa yang di gunakan oleh sebuah masyarakat dalam suatu bangsa menjadi cermin budayanya. Bahkan intensitas dan kualitasnya ditentukan oleh kemampuannya dalam melestarikan bahasanya. Mengacu pada maraknya penggunaan bahasa asing secara liar yang nyaris memusnahkan bahasa Indonesia yang telah menjadi budaya bangsa Indonesia, maka dapat dikatakan budaya bangsa Indonesia kini berada situasi krisis.
Penyebab utama memudarnya bahasa Indonesia dikarenakan oleh perkembangan teknologi yang semakin pesat dan era globalisasi yang semakin mendunia. Bahasa dalam novel maupun bacaan-bacaan lainnya juga mempengaruhi pola bahasa Indonesia yang telah ditetapkan. Perubahan bahasa Indonesai sangat cepat mepengaruhi masyarakat Indonesia, terutama para remaja. Diharapkan, para remaja lebih selektif dalam menerima arus bahasa yang semakin deras menggerus budaya bangsa Indonesia.

Rabu, 22 Mei 2013

Cerpen


Genderang, Gelandang

Desa ini tak layak. Begitu semburat anak-anak tak mengenal pendidikan. Yah, tepatnya anak gelandangan. Termasuk didalamnya, Joni kecil. Joni berbeda dengan anak-anak disekelilingnya. Meski mengenyam pendidikan hanya mampu kelas lima seolah dasar, Joni tak patah semangat untuk mengejar cita-citanya menjadi guru. Bukan hal asing bila Joni berjuang untuk melanjutkan pendidikannya.
Tak peduli panas hujan, disetiap perhentian perempatan jalan, Joni berdendang ria menghibur pengguna jalan dengan harapan ada sedikit rezeki untuknya. Meski umurnya baru menginjak sembilan tahun, Joni rela bekerja demi menghidupi kedua orang tuanya yang telah lanjut usia. Baginya dapat melihat mamak-bapaknya kenyang sudah cukup. Namun, disisi lain Joni menyimpan keinginan yang teramat besar untuk melanjutkan pendidikannya yang terhenti.
Selepasnya berdendang, maka Joni pun memutuskan untuk memberikan dua bungkus nasi untuk kedua orang tuannya. Berjalanlah ia dengan memanggul gitar kecil di punggung. Setelah membelikan nasi putih lauk tempe untuk orang tuanya. Joni berjalan pulang menyusuri jalan-jalan kejahatan menuju  perkampungan kumuh, dimana kedua orang tua Joni sedang menunggu kedatangannya.
“Assalamualaikum.”
“Wa’alaikum salam, nak.”, jawab mamak-bapak serentak.
“Alhamdulillah Joni mendapat rezeki, jadi Joni buat belikan makanan untuk mamak sama Bapak.” Menyerahkan dua bungkus makanan kepada mak.
“Aduh le, tak usahlah kau kerja keras demi orang tuamu ini. Kerja kerasmu seharusnya untuklah kelanjutan pendidikanmu .”, Ujar mak Joni, memeluk Joni dengan bangga. “Betul kata mamakmu le, tak usahlah kau pikirkan kami. Mamak-bapakmu ini masih bisa mengais rezeki untuk sekedar makan keluarga kecil ini, cukup kau do’akan saja mamak-bapakmu ini sehat walafiat.” Lanjut bapak joni, menatap joni meyakinkan. Joni tersenyum.
Maghrib menjelang, langkah kaki Joni tertatih memeluk kitab suci menuju mushola yang cukup jauh di ujung kampung. Setelah sholat, tak lain Joni mengaji disudut mushola dengan beberapa tamannya. Salah satu temannya yang bernama Alif, putra dari orang berada di pinggir kota. Tak segan-segan Joni meminjam buku sekolah Alif untuk membantunya mengejar pendidikan. Sering  Joni pulang larut malam, mamak-bapak Joni memaklumi.
Hari esok menjelang. Tak ada gitar yang menggantung di punggung Joni. Gitar kecil bergantilah dengan seragam sekolah lengkap dengan topi dan dasi. Beberapa hari lalu, memang pihak desa memberikan beasiswa untuk anak-anak di perkampungan termasuk juga Joni. Tak ingin ketinggalan, segera Joni meluncur.
“Mamak-Bapak, Joni berangkat sekolah”
“Iya le.” Ujar mamak-bapak
Tapi, tak malukah kau menggunakan sepatu nan tak layat itu le?” tambah mamak seraya menatap penuh keyakinan pada sang anak.
“Tak apalah mak, yang penting ilmu bukanlah sepatu.”
“Pintar sekali rupanya anak mamak-bapak ini” mamak-bapak Joni tersenyum.
“Assalamualaikum , mak-pak”
“Waalaikumsalam, hati-hati ya le.”
Jalanan kumuh, menyusuri sungai dekat perkampungan, melewati jalanan kota yang jahat seolah tak memperdulikan nasib nasib yang di kandung badan. Yah, beginilah usaha Joni untuk sampai ke sekolah SD, sekolah yang jauh dari kemewahan namun layak untuk kegiatan sekolah.
Sampailah Joni di sebuah tempat yang memang sangat ingin Joni kunjungi. Bukan hanya Joni, namun juga seluruh teman-teman di kampungnya yg ingin bersekolah. Yah, saat itu Joni mendapat beasiswa untuk melanjutkan seolahnya yg sempat tertunda di kelas lima. Namun, saat ini Joni bisa duduk di kelas enam karena kapintarannya.
“Assalamualaikum.” Saat Joni memasuki ruang kelasnya.
Tak ada jawaban salam dan tak ada sambutan maupun sanjungan dari penghuni kelas. Seisi kelas tak lain memandangi Joni dari ujung kaki sampai ujung kepala.
“Hei, ini bukan tempat gelandangan berkumpul” sapa Banu yang tak lain murid terkaya disekolah itu.
“Oh, saya bukan ..... “ belum selesai Joni berucap, sebuah suara lembut menyapanya. Pemilik suara itu tak lain salah satu dari guru yang mengajar disekolah ini. Bu Ratna namanya.
“Kenapa kau tak masuk nak?” tanyanya ramah.
“Emm... ” jawab Joni ragu.
“Ibu baru tahu kamu nak, apakah gerangan murid yang diberi beasiswa dari kampung nan di ujung sana?”
“I...iya Bu.”
“Alah, jangan bohong kau, kau itu gelandangan yg saah masuk tempat!” Teriak Banu dari bangku paling depan.
“Banu!” tegur Bu Ratna. “Silahkan masuk nak, ini sekolah kita tempat belajar kita. Mari nak. “ tambahnya.
*****
            Satu tahun telah berlalu, selama itu pula Joni bersekolah dengan alat pendukung seadanya. Tak cukup itu, Joni rela berjualan koran, mengamen di perempatan jalan setiap pulang sekolah untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya. Joni juga sering meminjam buku-buku bekas pada temannya Alif. Itu semua tak mengurungkan prestasi Joni. Kata teman dan guru di lingkungan sekolah Joni, Joni merupakan anak yg tekun, rajin pula. Tak jarang Joni mendapaat peringkat satu dalam setiap semester. Guru-guru sangat bangga pada Joni.
            Sore menjelang. Joni segera pulang, ia belikan hasil kerjanya demi bungkusan makanan untuk mamak dan bapaknya. Setiba dirumah, Joni segera menghabiskan makanannya dan segera mengambil wudhu untuk melakukan sembahyang di Mushola, Ujung kampung. Doa-doa dipanjatkan  untuk suatu kehidupan yang sulitbagi Joni dan kedua orang tuanya.
            Malam itu, bintang gemerlapan di langit, seolah memberikan penghormatan kepada sang Khaliq. Waktu dimana tercipta suatu keheningan yang mendalam. Terdengar suara angin malam, hewan malam, dan suara bibir setiap insan yang membaca ayat-ayat suci wahyu Allah.
Fajar mulai menyingsing.Segera Joni sembahyang.  Setelahnya, Joni bergegas pulang. Tak seperti biasanya, Joni enghampiri mamaknya yang tengah tertidur, ia cuci kaki mamaknya. Seketika itu mamaknya kaget dan terbangun dengan apa yang telah dilakukan Joni. Mamak Joni menangismelihat anaknya yang begitu tulus mencuci kakinya. Bapak Joni pun terharu .
“Mak-Pak, doakan Joni ya. Joni akan melaksanakan ujian kelulusan sekolah.” Ucap joni tertunduk.
“Iya Jon, doa mamak bapakmu selalu menyertaimu” Jawab mamak seraya mencium Joni.
*****
            Sesampainyasekolah. Joni tak lagi menghiraukan ejekan teman-temannya, termasuk Banu yang merupakan anak rentenir kaya raya yang sering meminjamkan uang dengan bunga sangat besar di kampung Joni. Joni melesat menuju kelas, membuka buku-buku yang mungkin dianggap sudah tak layak bagi teman-teman-teman disekolahnya. Ditatapnya Joni oleh seseorang, Alif tepanya.
“Halo, Jon. Sedang apa kau?”
“Membaca buku untuk ujian ini. Tak belajarkah kau, Lif?”
“Emm, aku tak mengeriti tentang materi yang akan diujikan kali ini. Bolehkah aku bergabung denganmu? Dan maukah kau menjelaskannya untukku?” Jawab Alif tertunduk malu.
“Dengan senang hati. Mari.” Joni tersenyum.
Dengan gaya soknya, Banu melewati kelas dan melihat apa yang terjadi antara Joni dangan Alif. Ya memang terlihat aneh, seorang yang bisa dibilang lumayan pintar atau sebut saja Alif berguru pada seorang yang ia sebut sebagai gelandangan, siapa lagi kalau bukan Joni.
*****
Saat malam tiba, berjalanlah Joni menuju tempat yang sangat sepi namun indah. Disana Joni belajar mati-matian mempersiapkan pelajaran yang di ujikan besok dan lusa agar kelak ia bisa menjadi apa yang ia cita-citakan. Jika lelah joni memandang langit yang penuh dengan gemerlap bintang ciptaan tuhan hingga ia tertidur.
Pagi menjelang. Hembusan angin membangunkan Joni yang saat itu tertidur di sebuah bukit kecil. Segera jonibereskan buku-buku lusuh yang mengelilinginya.
Sesampainya di rumah, Jonimengerjakan segala pekerjaan rumah, memasak untuk mamak dan bapak, mecuci pakaian dan segala hal Joni lakukan. Ketika mamak bangun,
            “Ada apakah kau, Jon?” sapa mamak setengah ngantuk.
            “Tak apalah mak. Joni hanya ingin membantu mamak“
“Tak usahlah Jon, bukankah kau masih harus melaksanakan ujian kelulusan?Belajar sana!” perintah mamak.
            “Iya mak.”
Joni meluncur menuju alas tidurnya. Bukan untuk tidur, namun untuk belajar. Banyak sekali tumpukan buku bekas yang lusuh termasuk koran bekas yang menurutnya dapat mendukung sekolahnya. Dibukanya buku itu satu persatu, perlahan takut terlepas dari pasangannya. Sampai akhirnya, jam sekolah tiba.
Joni berlari, ingin segera sampai di tempat yang ia yakini dapat menuntunnya ke jalan kesuksesan. Tak lupa ia meminta do’a restu kepada sang mamak. Di jalan, Sosok perempuan berteriak tertahan dari dalam rumah Joni. Yah, tepatnya menahan rasa sakit.
“Mamak?” Joni kaget
“Udah le, mamak tidaklah kenapa-kenapa hanya tergores pisau.Sudah kamu lanjutkan perjalanan suksesmu. Janganlah kau sepeti mamak-bapak ini yang tak memiliki pendidikan.”
Merasa ada yang mengganjal, Joni bertanya “Mak, bapak kemana?”
“Bapak lagi bikin karung pesanan Jon, di belakang.”
“Oh, yaudah mak. Joni berangkat sekolah sekalian pamit sama bapak. Assalamualaikum.” ucap Joni sambil maraih tangan mamak untuk pamit.
“Waalaikum salam” jawab mamak.
            Joni menuju belakang rumah, namun tak ditemui bapaknya. Joni mencari kasana kemari tak dia temui juga. Hingga salah satu tetangganya yang sedang memunguti plastik bekas memberi tahukan perihal bapak Joni berada. “Bapak kamu lagi dirumah rentenir Jon.”
Mendengar hal tersebut Joni tersentak kaget. Segera ia berlari menuju rumah rentenir yang di tunjukkan tatangganya.
            Setibanya , Joni dapati bapaknya yang babak belur penuh dengan luka lebam sedang bersujud di depan  rentenir kejam itu. Joni menangis dan menhampirinya.
“Bapak kenapa? Kenapa bapak disini? Apa yang bapak lakukan?.” Terocos Joni terisak dan membantu bapaknya untuk berdiri. Belum sampai bapaknya menjawab, rentenir itu angkat bicara.
“Perlu kamu tau anak kecil, bapak mu ini berusaha mencari pinjaman uang dengan jumlah sangat banyak padaku untuk kelanjutan sekolahmu. Namun aku tahu, jika aku pinjami keluarga miskinmu tak akan pernah sanggup mengembalikannya tepat waktu.”
            Joni terdiam, memandangi bapaknya yang penuh luka dihajar anak buah rentenir. Hingga akhirnya.
“Tak perlu kami meminjam uang kepada bapak, kami sanggup mencarinya sendiri.” Joni melawan.
“Dengan keadaanmu dan orang tuamu yang renta ini?” Rentenir itu tak percaya.
“Tentu.” Joni menjawab seraya memapah bapaknya untuk pergi meninggalkan tempat tersebut.
            Beberapa langkah Joni menjauhi rentenir itu, anak buahnya mencegah agar tidak pergi. Rentinir itu mendekati Joni.
            “Oke, aku akan memberikan biaya gratis untuk kelanjutan sekolahmu sampai SMP serta mensejahterakan kehidupan keluargamu, jika nilai ujian kelulusanmu kali ini terbaik bukan sekedar di sekolah melainkan terbaik sekota. Jika kamu gagal, kamu beserta keluargamu harus pergi dari kampung ini. Bagaimana?” Rentenir itu memberi tawaran serta mengancam keluarga Joni. Belumsempat Joni menjawab, dengan tegas bapak Joni mengatakan “Iya, aku setuju”. Joni yang saat itu bingung, kaget bukan kepalang mendengar jawaban bapaknya.
            “Alah, mana mungkin bisa anak gelandangan bisa mendapat hasil ujian terbaik sekota raya? Mustahil!” ejek Banu yang tiba-tiba muncul dibalik pintu.
“Sudahlah, kita buktikan saja!” ujar bapak joni yang merintih kesakitan.
Tak menghiraukan apa yang telah terjadi, Joni memapah bapaknya pulang. Hingga akhirnya bapak menyuruh joni untuk pergi sekolah agar tidak terlambat.
            Hari itu adalah hari terakhir ujian kelulusan sekolah, Joni sepenuhnya siap mengerjakan soal. Namun, dalam hati Joni merasa takut akan ancama rentenir itu jika ia gagal. Sebersit semangat menyelinap pikiran Joni, “AKU BISA” gumam Joni.
            Bel berbunyi semua siswa bersiap di tempat masing-masing. Banu yang saat itu duduk di sampingnya, tak henti-henti mengejek dan merendahkan Joni. Namun, tak berpengeruh bagi Joni.
*****
 Hari demi hari berlalu. Hingga akhirny pengumuman kelulusan tiba. Berdebar kencang jantung Joni, karena masa depan dan keberlangsungan keluarganya bergantung pada nilai kelulusan Joni. Tak hanya Joni, semua siswa berdebar-debar termasuk juga Alif dan Banu. Banu takut kalau ia tidak Lulus karena selama ujian tak sedikit pun ia belajar. Berbeda dengan Alif, Alif taku jika hasil ujiannya tidak memenuhi prasyarat masuk ke sekolah lanjutan impiannya.
Hasil ujian diumumkan kepala sekolah di aula. Setiap anak menyimak dengan baik apa yang disampaikan. Ada yang menangis bahagia karena hasil ujiannya memuaskan, ada yang bersorak –sorai, jikrak-jikrak. Tetapi, rasa cemas akan hasil ujian kelulusan masih menghantui Joni juga Banu, karena hanya hasil ujian mereka yang belum diumumkan.
“Patutlah kita sekalian bahagia dengan prestasi yang telah diraih siswa teladan ini. Ia anak orang tak mampu, namun bisa mengharumkan nama baik sekolah kita. Ia mampu memperoleh nilai tertinggi, tak hanya di sekolah kita melainkan nilai tertinggi sekota raya. Ya, siapa lagi kalau siswa kita yang bernama Joni.” Pidato lantang kepala sekolah dengan bangga.
“Tak cukup hanya itu, pihak koya juga memberikan beasiswa pada Joni hingga perguruan tinggi jika nilainya tetap di pertahankan.” Lanjut kepala sekolah. Mendengar hal tersebut Joni masih tak percaya hingga ia melihat sendiri hasil ujiannya. Betapa senangnya Joni saat itu.
 Berbeda dengan Banu yang masih cemas dengan nilainya.
“Banu?” panggil kepala sekolah pelan. Banu menghampiri kepala sekolah. Dengan berat hati kepala sekolah menyerahkan nilai hasil ujian Banu. Spontan banu kaget karena nilai ujian Banu terendah diantara teman-teman yang lain, saat itu juga Banu menanis.
*****
Sesampainya dirumah, Joni menyampaikan berita menggembirakan itu kepada mamakdan bapaknya. Ttak terbayang kebayhagiaan yang dirasakan keluarga Joni.
Sore menjelang, terdngar suara seseorang mengetuk pintu rumah Joni. Joni bukakan pintu dan ternyata, Banu beserta bapaknya berkunjung ke gubuk lusuh keluarga Joni.
“Ada apakah bapak sudi berkunjung kegubuk kami ini?”tannya ibu Joni setelah mempersilahkan mereka duduk di ruang berpetak.
Bapak Banu yng seorang rentenir itu menjelaskan maksud kedatangannya. Banu beserta bapaknya meminta maaf atas perlakuan mereka terhadap keluarga Joni. Dan sesuai kesepakatan saat bapak Joni meminta pinjaman uanguntuk kelanjutan sekolah Joni, bapak Banu akan membiayakan pendidikan Joni sampai SMP dimana pun Joni inginkan dan mensejahterakan kehidupan keluarga Joni. Lengkap sudah kebahagiaan keluarga Joni.
Dengan usaha keras Joni, semakin mudah dan semakin dekat ia meraih cita-citanya.
###



Minggu, 20 Januari 2013

Cerpen


Pertemuan Terakhir

“Kapan sampainya sih?”, tanya Vita kawanku
“Aku juga gak tau Vit.”, jawabku.
Ya, saat itu kamu sedang dalam perjalanan menuju salah satu tempat wisata di Lamongan. Banyak kawan di bus ini, tapi mereka semua mengeluh.
“Kapan sampainya sih, Pak? punggungku sudah sakit lo, dari tadi duduk terus.”, rintih kawan disebelahku, siapa lagi kalau bukan Vita si bawel.
“Sebentar lagi dek kurang lebih 30 km lagi.”, ujar pak pengemudi.
“Sudahlah, santai aja. Nih aku kasih camilan, makan tuh !! gak usah rame.”, sentakku.
Satu jam kemudian kami sampai di tempat tujuan, kawan-kawanku kegirangan menuruni bus pariwisata. Mereka berlari mencari kursi buat menyantap makanannya. Mungkin saking laparnya kali yah, sampai kelihatan belum pernah makan selama tiga hari. Ah, malu-maluin saja, pikirku.
“Anak-anak, cepat makannya !! ayo kita masuk, keburu siang nanti.”, ujar bapak guru yang mendampingi kita.
Secepat mungkin kawan-kawanku menyimpan makanannya lagi. Deretan antri di pintu masuk wisata Lamongan pun tak terelakkan. Kawan-kawanku semakin mengeluh. Ku lihat jam tanganku menunjukkkan pukul 11.15 WIB. Kemudian ku alihkan pandanagn melihat kawanku di seberang sana yang bsedang asyik memilih kacamata, mereka memanggilku.
“Abel, sini !!! ada kacamata unyu nih !”, teriak Vita temanku di seberang sana.
Aku berlari menghampiri tamanku, tak kusangka aku bertabrakan dengan seorang cowok yang tidak lain dia adalah Rafa temanku dirobongan pariwisata. Aku dan dia pun terjatuh, tergeletak dilantai. Teman-temanku termasuk Vita, juga teman-teman Rafa melihat kejadian itu. Mereka pun menghampiri kami. Bukannya menolong, mereka malah menyoraki kami.
            “Cie, Abel tabrakan sama Rafa !” , sorak teman-teman cewekku.
            “Ehm, gimana Fa? Tuh Abel di sampingmu! Ehm.” , sorak teman-teman Rafa.
            Aku dan Rafa pun terbangun. Kami hanya tersenyum mendengar soarakan teman-teman kami.
            “Jadi masuk gak nih?? Tiketnya sudah dapat !”, teriak bapak guru pengawas kami.
Serentak, aku dan kawan-kawan rombongan pun menoleh dan berlari menuju beliau. Bapak guru pengawas kami membagikan tiket kepada kami semua.
“Terimakasih pak.”, ucapku
Bapak guru pengawas hanya tersenyum dan kembali membagikan tiket kepada kawan-kawanku yang lain juga kepada Rafa. Tiba-tiba ada seseorang yang tersenyum padaku dan itu adalah Rafa, aku membalas senyumnya. Gak tau kenapa hatiku berdesir melihat senyumnya. Ahhh…. Apa-apaan aku ini, segera ku buyarkan semua lamunanku.
“Udah-udah, berhenti dulu senyum-senyumnya. Ayo jalan! Pisah dulu senyum-senyum sama Rafanya, ntar juga ketemu lagi.”, gurau Vita teman dekatku.
            Kami pun berpisah. Golongan cowok jalan sendiri dan kami golongan cewek jalan sendiri juga. Ku lanjutkan perjalanan menelusuri tempat wisata ini bersama kawan-kawan cewekku. Ku ikuti antrian-antrian di wahana yang ada. Saat antri di salah satu wahana.
            “Aduh kakiku !!”, kataku kesakitan.
            “Eh, kamu kenapa Bel?”, seru Vita.
            “Kakiku sakit !! ihh kamunya gak sadar juga Vit. Kakiku kamu injak tau !!”, sentakku.
            “Ups, maaf bel gak sengaja! Peace yah Bel.”, ucap Vita.
            “Eh, kalian. Aku ikut kalian boleh ya? Aku ditinggalin nih sama anak-anak.”, sela Rafa yang tiba-tiba berada diantara aku dan Vita. Aku dan Vita pun menyetujui Rafa ikut kami.
            Hari semakin sore, aku Vita dan Rafa pun kembali ke bus pariwisata untuk persiapan pulang. Setelah sampai bus, kami bertiga masuk dan ternyata seluruh rombongan telah sampai di bus terlebih dahulu daripada kami. Entah kenapa, tiba-tiba kami menjadi sorotan seluruh penuumpang bus. Semua mata tertuju pada kami bertiga, termasuk juga bapak guru pengawas.
            “Hey, kalian bertiga kemana aja sih? Di tungguin dari tadi batu nongol sekarang.”, seru salah satu kawan kami di deretan kursi paling belakang.
            “Iya, kalian bertiga ini kemana aja sih? kan bapak sudah bilang, semua harus sudah ada dalam bus jam tiga tepat!”, tanya bapak guru pengawas kami.
            “Maaf pak. Tadi kami terlalu asyik sampai lupa waktu. Maaf ya teman-teman sudah bikin kalian menunggu kami.”, jelasku dengan senyum, diikuti senyum Vita dan Rafa.
            Kami bertiga tertunduk, merasa bersalah.
            Malam pun tiba, sang rembulan menampakkan sinarnya menyinari perjalanan bus yang kami tumpangi menuju singgasana. Vita temanku yang sedari tadi ngoceh sana-sini, semakin lama suaranya semakin kecil, kecil, kecil, kecil dan menghilang. Kulihat Vita di sampingku, Vita tertidur dan aku pun lega karena suara kecil yang cukup menyiksa telingaku telah berhenti. Aku terdiam dalam gelap bus yang sengaja tidak dihidupkan lampunya. Kulihat sekeliling isi bus ini, semua kawanku tertidur lelap, hanya satu yang kulihat sedang asyik memainkan handphone dan menjulurkan panjang kabel handshetnya. Rafa? Apakah itu Rafa? Tanyaku dalam hati. Ya memang bus ini dalam keadaan gelap, jadi tidak terlalu jelas melihatnya. Ku hampiri dia, dan ternyata benar dia Rafa. Aku pun beniat kembali ke tempat dudukku, belum sempat ku melangkah Rafa memanggilku.
            “Abel?”, sapanya.
            “Iya, Raf. Ada apa?”, jawabku.
            “Kamu belum tidur?”, tanya Rafa
            “Enggak, aku gak bisa tidur kalau suasananya gelap. Kamu sendiri kenapa belum tidur juga?”, jelasku.
            “Kalau aku, aku belum ngantuk aja.” Jawabnya.
            “Oh, gitu.”.
Aku pun kembali ke tempatku semula. Rafa tak menghiraukanku, begitu juga denganku. Aku diam, melihat sekeliling bus, tetap aja sama teman-temanku tertidur dan hanya Rafa yang belum tidur. Lama-lama bosan kalau hanya diam begini. Ku alihkan pandanganku keluar bus, kulihat pemandangan jalan malam hari. Ku raih handphoneku dalam saku, ku pasang handshet dan kuputar musik untuk menghilangkan kesunyian ini. Tak beberapa lama, handphoneku bergetar tanda bahwa ada SMS masuk. Ku lihat layar handphoneku yang mengedip-mengedipkan nama Rafa. Haa.. dari Rafa? Ku tengok ke belakang, dan masih ku dapati Rafa yang masih saja asyik dengan handphonenya.
Ada apa Rafa SMS aku? Padahalkan aku dan dia dalam jarak dekat bukan jarak jauh, kenapa SMS segala? Berbagai pertanyaan masuk dalam benakku. Tak buang waktu lagi ku baca SMS dari Rafa.
Eh, ini anak belum tidur juga? kamu mau camilan ini enggak, enak loh?.
Ah.. dasar anak ini. Kebanyakan pulsa apa gimana coba, hal sepele kayak gini aja pakai SMS segala? Pikirku. Segera ku tekan tombol Reply  untuk membalas SMSnya.
            Udah di bilang aku gak bisa tidur, ngapain sih pake acara SMS segala? Ngomong aja langsung, masalah camilan makasih deh, aku masih keyang
Ku kirim pesan tersebut dan hasilnya Success. Tak lama kemudian SMS balasan pun masuk ke handphoneku.
            Ya biarin, daripada rame, nanti malah mengganggu yang lagi tidur. Yaudah ya, aku tidur dulu, nanti kalau udah sampai kasih tau aku ya?
Kubaca SMS itu malas-malasan. Ku menoleh ke belakang dan kebetulan Rafa melihatku, aku mengangguk  menandakan aku menjawab IYA atas SMSnya yang dia kirimkan ke handphoneku.
Selang beberapa waktu, bus berhenti. Semua seisi bus terbangun karena kaget.
“Anak-anak ada yang ingin buang air tidak?”, tanya bapak guru pengawas.
“Tidak pak!” jawab kami serentak.
Bus pun kembali melaju. Aku hanya diam di tempat, melihat suasana di luar bus yang ramai dengan kendaraan berlalu-lalang. Aku kembali menoleh ke belakang, kudapati Rafa yang tertidur pulas. Anak itu aneh, gumamku. Dan sekarang aku sendirian, hanya seorang diri berdiam melihat sekeliling yang entah sampai dimana mimpi-mimpi teman-temanku. Ku menoleh ke belakang lagi, kenapa saat melihat Rafa hatiku berdesir gak karuan? Kenapa aku merasa kehilangan saat dia tidur terlebih dahulu, meninggalkanku sendririan? Dan kenapa tadi aku bisa bertabrakan dengan Rafa? Kenapa kurasakan kesejuakan saat melihat senyum Rafa?. Berbagai macam pertanyaan muncul, campur aduk rasanya di hati. Apa ini artinya aku suka sama Rafa? Mungkin saja hal itu terjadi. Aku terdiam memikirkan hal itu. Ahhhh….. tidak mungkin aku suka sama Rafa. Kubuyarkan segala lamunanku tentang Rafa.
 Kubalikkan badan dan kucoba memejamkan mata. Tak berlangsung lama, tiba-tiba handphoneku bergetar. Aku tersentak kaget. Segera kuraih handphoneku, ternyata ada yang menelepon. Siapa malam-malam begini telepon? Nomornya disembunyikan pula? Ada keraguan untuk menerima telepon tersebut. Ku beranikan diri mengangkat telepon tersebut.
“Halo. Dengan siapa ini?”, tanyaku memulai.
“Lihat kebelakang!”, jawab suara orangmisterius ini.
Dengan sedikit keraguan ku lihat kebelakang. Betapa kagetnya, ternyata Rafa yang meneleponku. Rafa? Rafa lagi? Kanapa harus Rafa? gumamku. Rafa melihatku yang keheranan, ia tersenyum kepadaku, seketika itu pula jantungku berdetak hebat hebat melihat senyumnya. Oh tidak ! aku rasa aku benar-benar suka sama Rafa.
Setelah tau penelepon misterius itu Rafa, segera ku matikan telepon tersebut tanpa berpamitan dan memalingkan pandangan dari Rafa. Ku matikan handphoneku biar enggak ada lagi yang namanya Rafa mengagguku di malam ini. Aku coba memejamkan mataku kembali, dan akhirnya aku berhasil tertidur.
Beberapa jam kemudian, bus berhenti. Bapak guru pengawas membagunkan kami semua.
“Anak-anak, kita sudah sampai di sekolah. Bangun-bangun ayo kita pulang !”, seru bapak guru pengawas.
            Aku, Vita, Rafa dan seluruh teman-temanku terbangun, kami mempersiapkan barang-barang kami sebelum turun agar tidak ada yang ketinggalan, kami berdesakan turun bus. Tanpa aku sadari di belakangku ternyata Rafa, dia minta maaf kepadaku atas ulahnya yang menggangguku tadi. Ku acuhkan semua omongan Rafa. Rafa pun terdiam.
            Setelah turun dari bus, kami pun disambut oleh orang tua kami yang datang menjemput. Kudapati orang tuaku dan aku berlari mrnghampirinya. Sebelum aku berlari menghampiri orang tuaku terdengar suara yang memanggilku yang tak lain itu adalah suara Rafa. Tak ku hiraukan panggilan itu. Dan aku pun pulang, berlalu meninggalkan Rafa yang tengah memanggilku.
            Ke esokan harinya. Saat di sekolah, aku tak pernah menjumpai Rafa lagi. Aku bertanya-tanya , kemana Rafa? Dia kenapa?. Tiba-tiba terdengar kabar bahwa Rafa telah pindah sekolah, mengikuti orang tuanya yang bekerja di luar kota. Betapa kagetnya aku mendengar kabar itu, aku smpat shock. Aku tidak percaya bahwa Rafa telah pindah sekolah ke luar kota. Ku hubungi Rafa lewat telepon maupun SMS tetapi hasilnya nihil, Rafa tak ada kabar. Apa rafa marah sama aku sehingga dia tidak memberi kabar kepadaku kalau dia akan pindah sekolah dan pergi ke luar kota?. Aku merasa bersalah sama Rafa atas kejadian di dalam bus itu. Dan aku tak pernah menyangka bahwa malam itu adalah pertemuan terakhirku dengan Rafa.
            Maafkan aku, Rafa.

Selesai

*Cepen waktu SMP :D